5.1
Hubungan Internal
Internal
relations (hubungan internal) adalah kegiatan PR untuk membina hubungan dengan
publik internal, seperti karyawan, para manajer, top management, dan para
pemegang saham (stockholders) agar citra dan reputasi organisasi atau
perusahaan tetap positif dimata public internal.
5.1.1 Hubungan Karyawan
Sebuah
organisasi, lembaga atau perusahaan jangan berharap memperoleh hubungan
komunitas yang baik apabila para karyawannya tidak diberikan informasi atau
diberikan informasi yang salah. Kegagalan yang serius dalam komunikasi karyawan
menciptakan kelambanan pegawai, ketidakefisienan, produktivitas menurun,
semangat kerja menurun, mungkin timbul pemogokan, serta masalah lain yang
menimbulkan dan merugikan organisasi, lembaga atau perusahaan, misalnya
penjualan produk jasa menurun, keuntungan berkurang, juga citra dan reputasinya
menjadi negatif (Moore, 2004 : 348).
Dalam
melakukan hubungan dengan karyawan, banyak cara dan media yang dapat digunakan
oleh pihak perusahaan. Diantaranya:
1. Komunikasi
lisan antar persona. Komunikasi lisan antarpersona merupakan metode berhubungan
dengan karyawan yang paling efektif.
2. Sistem
pidato secara kelompok. Di pabrik atau di kantor, sistem ini biasanya digunakan
untuk menyebarkan informasi penting secara cepat dan tepat, tanpa harus
memanggil karyawan dari pekerjaannya. Siaran dari manajemen puncak melalui
pengeras suara yang disebar di setiap unit pabrik atau kantor.
3. Sistem
informasi telepon. Untuk memberikan informasi kepada karyawan tentang masalah
organisasi, lembaga, atau perusahaan, beberapa perusahaan besar telah
menggunakan pelayanan informasi melalui telepon kepada karyawannya.
4. Rapat
merupakan media komunikasi yang lazim dilaksanakan manajemen dengan karyawan.
5. Siaran
televisi terbatas. Siaran televisi terbatas (internal) yang menggambarkan
kemajuan dan pelaksanaan perusahaan digunakan perusahaan besar dalam melakukan
komunikasi dengan para karyawannya.
6. Gelanggang
terbuka (open house). Gelanggang terbuka yang ditunjukan untuk karyawan dan
keluarganya memberikan kesempatan kepada pihak manajemen untuk berkomunikasi
dengan para karyawan.
7. Kunjungan
pelaksana ke berbagai bagian.
8. Surat
manajemen. Surat manajemen yang memaparkan masalah perusahaan yang sangat
penting disebarkan kepada karyawan oleh pengawas atau dikirim ke rumah
karyawan.
9. Surat
kabar atau majalah karyawan.
10. Papan
pengumuman
11. Pameran
produk, bahan baku dan produk akhir memberikan kesan kepada karyawan berkenaan
dengan peranannya dalam menghasilkan produk tersebut.
12. Laporan
keuangan. Untuk memberikan informasi kepada karyawan tentang keuangan
perusahaan dan memperbaiki kesalahpahaman tentang penghasilan, laporan keuangan
sementara dan laporan keuangan tahunan disebarkan kepada karyawan.
13. Iklan
surat kabar atau majalah perusahaan. Iklan yang dipasang di surat kabar atau
majalah perusahaan memberikan informasi kepada karyawan dan keluarganya tentang
kegiatan perusahaan.
14. Buku
penuntun atau pedoman karyawan. Digunakan untuk memberikan informasi kepada
karyawan tentang kebijaksanaan, prosedur, jam kerja, gaji, keuntungan serta
ketentuan dan peraturan.
15. Amplop
daftar gaji. Amplop daftar gaji digunakan untuk memberikan informasi kepada karyawan tentang perubahan gaji,
pensiunan, dan asuransi kelompok.
16. Kaset,
film dan slaid media komunikasi karyawan yang utama. Pita serta film digunakan
untuk memberikan informasi kepada karyawan baru tentang sejarah perusahaan,
organisasi, produk dan ketentuan karyawan.
17. Rak
baca yang diisi buku mini tentang masalah perusahaan, politik, ekonomi, sosial,
kesehatan, penghematan, keamanan, hobi, masakan, olahraga dan hal-hal yang
menarik lainya untuk para karyawan.
5.1.2 Hubungan Pemegang Saham
Tujuan hubungan pemegang saham
adalah untuk membangkitkan perhatian pemiliki pada perusahaan; menciptakan
suatu pengertian yang lebih baik antara perusahaan dan para pemilik saham denga
komunitas finansial; membujuk para pemegang saham untuk memakai dan
menganjurkan pembelian produk perusahaan; mengurangi pergantian para pemegang
saham dan mempromosikan pemilikan saham sebagai suatu investasi jangka panjang;
mengurangi kritik pemegang saham dan oposisi terhadap manajemen; memantapkan pasaran
untuk jaminan perusahaan; meningkatkan prestise atau gengsi sebuah perusahaan
di antara para pemilik; mendapatkan kesetiaan para pemegang saham untuk
menjamin pengendalian operasi oleh manajemen; memperoleh dukungan para pemegang
saham sebagai suatu sumber modal baru; menciptakan minat para investor baru dan
meningkatkan modal tambahan; mendapat rekomendasi yang baik dengan jaminan
perusahaan dari para penasihat investasi dan analis jaminan; dan mendapat dukungan pemegang saham untuk proyek-proyek PR
(Moore, 2004 : 365)
5.2 Hubungan Eksternal
External
relations (hubungan eksternal) adalah kegiatan PR yang melakukan hubungan
dengan publik eksternal sebuah organisasi atau perusahaan, seperti pers,
pendidik, dan para pemuka pendapat. Sebagai analogi, seorang PR itu satu kaki
berada di organisasi atau perusahaan dan satu kakinya lagi berada di publik.
Artinya, kaki seorang PR itu harus merentang.
5.2.1
Hubungan Distributor-Dealer
Kebanyakan perusahaan besar
memasarkan produknya melalui grosir (wholesaler) dan pengecer (retailer) yang
mencakup publik. Perusahaan tidak dapat maju tanpa organisasi dealer yang
berhasil. Begitu pula seorang dealer tidak akan berhasil jika tidak menjual
produk-produk yang dibuat oleh perusahaan yang berhasil.
5.2.2
Hubungan Pemasok
Ketergantungan
para pengusaha kepada para pemasok (supplier) komponen produk meningkat selama
bahan dan proses yang semakin khusus menjadi terlihat dalam produksi peralatan
yang ilmiah dan rumit, serta produk-produk teknis yang dibutuhkan untuk memenuhi
permintaan industri, militer, dan publik konsumen meningkat. Dalam hubungan
ini, kedudukan pemasok semakin bertambah penting. Para pengusaha pabrik percaya
kepada pemasok bahan mentah, suku cadang, aksesoris, perkakas, dan
mengoperasikan perbekalan untuk produksi dan operasi. Para pemasok makanan,
obat-obatan, perangkat keras, pakaian, perabot rumah, bahan bakar, dan
beribu-ribu produk lainnya untuk dijual kembali kepada komsumen utama (Moore,
2004 : 403-404).
5.2.3
Hubungan Komunitas
Komunitas adalah sekelompok orang
yang hidup di tempat yang sama, berpemerintahan sama, dan mempunyai kebudayaan
dan sejarah yang umumnya turun-temurun. Orang hidup dalam komunitas dengan
lembaga-lembaganya yang membuat mereka saling bergantung satu dengan lainnya. Mereka tidak dapat
menikmati kehidupan yang baik tanpa lembaga-lembaga tersebut. Begitu pula
lembaga itu hanya dapat hidup dengan izin mereka. Organisasi bisnis ada di
antara lembaga-lembaga komunitas yang lebih penting. Bisnis membantu komunitas
dengan menyediakan pekerjaan tetap, gaji yang layak, dan keuntungan finansial;
dengan membeli barang-barang dan jasa dari pemasok lokal; dengan membayar pajak
untuk kelangsungan pemerintahan setempat; dengan menyumbangkan proyek sosial
dan kebudayaan; dengan menjalani semua peran kehormatan sebagai warga yang
baik. Dengan demikian, lembaga bisnis yang maju berada pada posisi untuk
meningkatkan kesejahteraan komunitas tersebut (Moore, 2004 : 415).
5.2.4
Hubungan Pendidikan
Kebutuhan
yang sama akan hubungan yang lebih erat antara komunitas bisnis dan komunitas
pendidikan adalah jelas. Banyak tujuan dan teknik serta masalah pendidika
merupakan realitas dalam bisnis. Perusahaan memberikan sumbangan penting untuk
pendidikan dengan menyediakan perlengkapan dan bahan-bahan pelajaran. Para
pendidik meningkatkan hubungannya dengan perusahaan (industri dan perdagangan)
melalui kunjungan untuk mengetahui bagaimana fungsi industri. Bahan-bahan
pendidikan harus diterima dan disetujui para administrator dan guru sekolah.
Bantuan pengajaran sebaiknya dirancang untuk memberikan memecahkan masalah
instruksional khusus (Moore, 2004 : 441-443).
5.2.5
Hubungan Pemerintah
Suatu
perkembangan penting dalam PR adalah terjadinya hubungan yang lebih erat antara
perusahaan, asosiasi dan perserikatan dengan pemerintah, serta semakin
meluasnya keterlibatan lembaga-lembaga swasta dalam permasalahan masyarakat
(dimana selama ini permasalahan masyarakat lebih banyak ditangani pemerintah).
Kepentingan bisnis dan pemerintah menjadi satu serta saling menguntungkan, dan
kalangan bisnis tidak menganggap lagi pemerintah sebagai lawan, tetapi sebagai
mitra kerja (Moore, 2004 : 469)
5.2.6
Hubungan Legislatif
Program
hubungan legislatif harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan kajian yang
saksama dalam kebijaksanaan perusahaan, yang diawali konsultasi dengan
manajemen. Hubungan yang baik seyogianya diupayakan dengan para pembuat
undang-undang. Perusahaan sebaiknya bekerja sama dengan organisasi bisnis
lainya dalam melaksakan program pendidikan untuk memberikan informasi kepada
para karyawan dan masyarakat mengenai persoalan politik. Tanggung jawab dan
wewenang kegiatan politik perusahaan sebaiknya dibebankan kepada seseorang dan
dibantu staf, yang melaporkan kepada manajemen untuk menjamin apakah suatu program
legislatif tentang banyak hal sudah terkoordinasi dengan kepentingan masyarakat
(Moore, 2004 : 473-474)
5.2.7
Organisasi Hubungan Pemerintah
Perkembangan
hubungan legislatif dan masalah masyarakat secara logis merupakan tanggung
jawab PR. Ada pula yang ditangani bagian hukum, suatu panitia hubungan
pemerintah yang terpisah atau suatu badan hubungan pemerintah dari luar yang
bekerjasama dengan staf PR dan staf hukum. Dalam keseluruhan kegiatan,
pelaksanaan program ini menjadi tanggung jawab manajemen, yang dibantu pimpinan
perusahaan dan staf (Moore, 2004 : 475-476)
5.2.8
Lobi dan Hubungan Pemerintah
Istilah lobi (lobbying atau
lobbyist) mengandung banyak arti. Dalam pengertian luas, istilah lobi itu
sering digunakan secara bergantian dengan istilah pressure group (kelompok
penekan) yang berarti suatu organisasi atau orang-orang yang melakukan kegiatan
dengan sasaran akhirnya adalah memengaruhi keputusan para pembuat undang-undang
(Kongres di Amerika, dan MPR untuk membuat ketetapan, DPR membuat undang-undang
di Indonesia). Istilah lobbyist pertama kali tercatat pada tahun 1829 yang
terungkap dalam buku Karl S. Chirfgiesser yang berjudul The Lobbyist. Istilah
ini muncul sebagai lobby-agent, yang berarti seseorang yang acapkali
mengunjungi ruang lobby gedung-gedung pemerintah untuk berbicara dengan para
pejabat atau para legislator (Moore, 2004 : 480).
5.2.9
Hubungan Konsumen
Kegiatan hubungan konsumen dari
beberapa perusahaan industri dan perdagangan berpusat pada publik pelanggan.
Para pelanggan merupakan salah satu aset perusahaan yang paling berharga.
Mereka merupakan sumber penjualan barang, testimonial, dan acuan; mereka
merupakan sumber utama pelanggan baru. Hanya dibutuhkan waktu dan pengeluaran sedikit
untuk mempertahankan seorang pelanggan daripada mencari pelanggan baru.
Perusahaan berusaha mempertahankan itikad baik para pelanggan dengan
berhubungan secara teratur melalui perwakilan perdagangan, melalui surat,
pertemuan, penelitian, dan dengan pengiriman per pos surat kabar atau majalah
dan buku perusahaan secara teratur. Kepuasan pelanggan sangat bergantung pada
pemakaian dan pemeliharaan yang tepat dari berbagai produk. Buku mini
menerangkan pengolahan makanan dan minuman yang tepat. Buku pedoman menyajikan
bimbingan kepada para pelanggan dalam menjalankan dan memlihara produk mekanik
yang tepat. Para pelanggan secara berkesinambungan diberi informasi mengenai
perkembangan produk dan perlengkapan baru untuk memungkinkan mereka melakukan
penghematan, kepuasan, jaminan keamanan, meningkatkan daya guna dalam
penggunaannya (Moore, 2004 : 506)
Public dan Kelompok Sosial Tidak
Teratur
- Public adalah sejumlah orang yang dengan suatu cara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu masalah, setidaknya mempunyai kepentingan yang sama tentang suatu hal. Sejumlah orang tersebut yang satu dan yang lain tidak saling mengenal, tetapi sebenarnya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap sesuatu masalah (Emory Bogardus, dalam Djoenaesih-S. Sunarjo, 1984 : 20)
- Massa terdiri dari orang-orang yang berasal dari berbagai lapangan dan tingkatan yang heterogen dalam masyarakat. Massa adalah kelompok yang anonim atau lebih tepat terdiri dari individu-individu yang anonim atau tidak saling kenal satu sama lain dan umumnya terpisah secara fisik satu sama lain. Massa berada dalam interaksi yang sebentar atau berubah karena pengalaman antara para anggota massa. Mereka tidak mempunyai kesempatan saling mempengaruhi seperti halnya pada crowd (kerumunan). Organisasi pada massa sangat longgar dan tidak mampu untuk bertindak dengan memusatkan atau mempersatukan sasaran sebagai kerumunan (Herbert Blumer, dalam Djoenaesih-S. Sunarjo. 1984 : 4)
- Khalayak adalah pengguna jasa media massa, seperti pendengar radio, penonton televisi, pembaca surat kabar dan majalah (diadaptasi dari Endang S. Sari. 1993 : 4)
- Kerumunan (crowd) adalah kehadiran orang-orang secara spontan, sedikit banyaknya batas kerumunan, sebatas mata dapat melihatnya dan telinga dapat mendengarkannya. Kerumunan tersebut akan segera hilang atau lenyap kalau orang-orangnya telah bubar. Karena itu, kerumunan merupakan kelompok sosial yang bersifat sementara dan tidak terorganisasi (Soerjono Soekamto, dalam Djoenesih-S. Sunarjo. 1984 :10)
Daftar Pustaka
Ardianto,
Elvinaro. 2011. Handbook of Public
Relations Pengantar Komprehensif. Bandung : Simbiosa Rekatama Media
0 komentar:
Posting Komentar